Categories
Buku Haruki Murakami Uncategorized

SUMIRE DAN SPUTNIK SWEETHEART

Di sela terkurung selama karantina wilayah, akhirnya dapat kembali mengulas salah satu karya Haruki Murakami yang telah dibaca beberapa waktu silam. Bila ditanya mengapa mengulas karya beliau begitu dirasa cukup menantang, sebab untuk tahu intisari sebuah ceritanya terkadang banyak terselip makna tersirat ataupun cerita yang sebenarnya digambarkan pada perlakuan tokoh. Hal ini perlu pemikiran lebih atau setidaknya membaca kedua kalinya untuk paham apa yang diceritakan. Oleh karena itu, dengan adanya waktu yang renggang ini terdapat waktu untuk mengulas.

Tepat setelah menghabiskan cerita Hard-Boiled Wonderland and the End of the World, dengan kebingungan yang masih melanda pikiran, kemudianlah mengambil buku ini untuk dibaca. Entah ada apa yang dipikirkan saat itu, yang terpenting adanya motivasi yang mendorong untuk membaca buku ini.

Diawali dengan kalimat, “In the spring of her twenty-second year, Sumire fell in love for the first time in her life.” semakin membingungkan lagi. Retorika dalam pikiran segera bertanya, “Siapa Sumire?”, “Mengapa ia jatuh cinta dan dengan siapa?” yang kemudian dijawab oleh buku ini adalah tokoh utama yang jatuh cinta untuk yang pertama kali dalam hidupnya, dan ternyata yang ia cintai adalah perempuan berusia tujuh belas tahun lebih tua dan telah menikah. Semua kalimat itu mengandung masalah, dan cara terbaik untuk menjerat pembaca adalah menawarkan masalah sejak permulaan. Kemudian masuk ke biografi Sumire yang diceritakan ia merupakan seorang perempuan berusia 22 tahun, lahir di Chigasaki, pernah bersekolah di Prefektur Kanagawa dan melanjutkan kuliah dengan jurusan seni liberal, tapi tidak selesai karena lebih memilih jadi penulis; Penulis favoritnya adalah Jack Kerouac, gemar merokok, ceroboh (sering ketinggalan kereta dan selalu salah memasang pasangan kaus kaki). Meski ia baru jatuh cinta pertama kalinya, sebenarnya ia pernah pacaran tetapi tidak tahu apa arti cinta itu.

Di suatu saat Sumire bertemu Miu, dia ini berdarah Korea tetapi tidak bisa berbahasa Korea, lahir dan besar di Jepang, Kuliah akademi musik di Perancis, lancar bahasa Inggris, Perancis dan Jepang, modis, bermobil Jaguar 12 silinder berwarna navy blue. Sumire jatuh cinta pada Miu. Dan Miu ini perempuan. Semakin membingungkan ‘kan. Adanya Miu membuat Sumire tidak bisa menulis, tapi memang belum pernah ada karya Sumire yang berhasil kelar. Beberapa karya Sumire punya awal, beberapa punya akhir, tapi tidak ada yang punya keduanya. Bukan karena writer’s block, namun karena Sumire menulis terlalu banyak, ia tidak bisa memutuskan mana yang penting dan yang tidak. Sumire akhirnya bekerja pada Miu, menemani Miu berkeliling ke banyak negara. Dia berusaha memendam rasa, tapi akhirnya rasa itu luber, tak tertahankan.

Sumire lalu bergumam “Danger may be lurking there, something that may end up wounding me deeply, fatally. I might end up losing everything. But there’s no turning back. I can only go with the flow. Event if it means I’ll be burned up, gone forever” (hlm. 25) menyadari bahwa kejatuhcintaanya kepada Miu yang begitu besar membawanya ke petaka, namun begitu ia tidak bisa mengurangi bahkan menghilangkannya. Di suatu kisah, Sumire dan Miu melakukan perjalanan ke Yunani. Semua berjalan lancar di sana, hingga pada suatu ketika Miu hilang saat mereka berada di sebuah pulau dekat perbatasan Turki. Kehilangannya tanpa jejak dan tanpa tanda. Dijelaskannya “Sumire has disappeared. Like smoke.” (hlm. 53)

sputnik-sweetheart_114310

Buku ini unik, sebab selama menulis karyanya, Murakami menggunakan kata-kata dan istilah-istilahnya sendiri. Namun pada karyanya yang satu ini ia menggunakan istilah Sputnik sebagai judul. Sputnik sendiri merupakan satelit orbit pertama yang diluncurkan oleh Uni Soviet pada tahun 1957. Sputnik sendiri berarti “teman menjelajah”, sama seperti Sumire terhadap Miu. Kemudian, mungkin berdasarkan kebetulan semata, sebelum Miu mengetahui arti dari Sputnik, Sumire memiliki nama panggilan “Sputnik Sweetheart” untuk Miu. Selain itu, kegemaran Murakami seperti biasanya selalu memasukkan referensi tokoh-tokoh kegemarannya dalam karya ini ialah Hemingway dan Jack Kerouac yang digambarkan Sumire tertarik pada karya-karya mereka.

Karyanya yang satu ini pula memiliki sarat makna yang dalam sama seperti karya novelnya yang lain dengan menenggelamkan tokoh utamanya dalam suatu masalah yang terdengar abstrak, menghadirkan sosok perempuan yang kemudian pasti menghilang. Meskipun ciri khasnya mudah ditemui, beliau mampu membungkusnya dengan prestis dan pembacanya pun sebelum merasa bosan dengan ciri tersebut, sudah tenggelam dalam larutan ceritanya. Buku ini begitu direkomendasi bagi siapapun yang gemar Murakami, Franz Kafka, dkk atau pun menyukai mode surealis yang berbalut abstraksi pun cocok. Kalaupun kekurangannya mungkin terdapat suatu skema khas Murakami yaitu… yah pembaca karya-karyanya sudah tahu ada adegan khas yang selalu digambarkan mendetail, serta masih tidak adanya versi terjemahan bahasa Indonesia untuk versi ini sehingga mau tidak mau harus menyelami buku terjemahan Jay Rubin penerjemah ulung yang dekat dengan Murakami. Selain itu, selektif dalam memilih sampulnya. Sebab Sputnik Sweetheart tersedia tiga sampul dengan dua di antaranya dapat dibilang aman untuk di bawa di rumah atau di tempat umum dan satu lagi dengan nuansa nudisme. Sejauh terhindar dari kekurangan yang bisa diminimalisasi, buku ini sangat disarankan untuk dibaca di kala senggang.

 

Salam literasi!